Hari sabtu ini kota Milan benar-benar gelap. Bahkan sejak hari
sebelumnya belum ada terik matahari menyinari tanah kelahiran Paolo
Maldini ini. Hujan gerimis mengguyur kota dari pagi, beruntung gelap
kota bertolak belakang dengan perasaan ke 18 pemain pilihan hasil
seleksi ketat Milan Junior Cam. Mereka terlihat sangat antusias dan
bersemangat menghadapi hari ini, hari dimana mereka harus mempertahankan
kembali piala turnamen Intesa San Paolo.
Indonesia Milan Junior Camp All-Star Team 2011
No. | Nama | Posisi | Daerah |
1 | Gianluca Pagliuca Rossy | Kiper | Semarang |
2 | Muhammad Fadly Habibi M | Kiper | Bandung |
3 | Rahmanto | Bek | Balikpapan |
4 | Bambang Tri Atmojo | Bek | Semarang |
5 | Adi Irawan | Bek | Pekanbaru |
6 | Panca Andy Radto | Bek | Makassar |
7 | Dhanu Saputra | Bek | Malang |
8 | Adnan Faturrahman | Gelandang | Makassar |
9 | Suprianto Sabar | Gelandang | Malang |
10 | Rosi Nuril H.A | Gelandang | Semarang |
11 | Fallen Mariar | Gelandang | Bali |
12 | Okka Dwi Syahputra | Striker | Medan |
13 | Hamzah Risfian | Striker | Malang |
14 | Saputra | Striker | Palembang |
15 | Sofyar Satrio Utomo | Striker | Surabaya |
16 | M. Maulid | Gelandang | Balikpapan |
17 | Gavin Kwan Adsit | Gelandang | Bali |
18 | Sabeg Fahmi Fachrezy | Striker | Bali |
Turnamen yang diadakan oleh AC Milan khusus pemain di bawah 14 dan 10
tahun, dan tahun ini seperti juga tahun sebelumnya Indonesia mengirim 1
tim untuk mengikuti turnamen khusus 11-14 tahun. Format turnamen ini
cukup unik, pertandingan dilaksanakan dalam 2 x 20 menit dengan
pergantian pemain tak terbatas. Turnamen ini hanya dilaksanakan satu
hari dari pagi hingga malam.
Tim Indonesia tergabung dengan tim milan junior camp mix
(bulgaria,swedia dan usa) tim milan junior camp amerika tengah dan tim
milan junior camp italia. Pertandingan pertama tim Indonesia bermain
kurang maksimal, dan menurut saya ada dua alasan yang pertama karena
cuaca memang sangat dingin ditambah hujan yang memang tidak berhenti
sejak pagi dan yang kedua tentu saja adalah perasaan grogi atau demam
panggung. Di pertandingan pertama ini meskipun tim Indonesia menguasai
ball possession sepenuhnya, bahkan kiper hampir tidak mendapat ancaman
sama sekali, hanya saja antara lini tengah dan lini depan masih belum
muncul chemistry permainan yang baik, sehingga sering kali terjadi salah
passing, dan ini yang membuat mereka kesulitan mencetak gol saat
berhadapan dengan tim mix bulgaria swedia usa. Beruntung akhirnya tim
Indonesia bisa mencetak gol melalui Adnan Faturohman berhasil mencetak
gol yang akhirnya menjadi satu-satunya gol pada pertadingan ini.
Pertandingan kedua tim Indonesia menghadapi tim dari amerika tengah.
sudah semakin nyetelnya permainan antara lini tengah yang dikomandoi
Suprianto Subur dan Hamzah Risfian dengan lini depan dimana Rosi Nuril
dan Sabeg Fahmi berdiri berbuah manis dengan lima gol tanpa balas yang
mereka ceploskan di babak pertama dan ditambah lagi empat gol lagi I
babak berikutnya. Di pertandingan ini peran Sabeg sebagai striker utama
sangat menonjol dan itu tergambar dari hattrick yang dicetaknya. Selain
itu di lini tengah Subur, pemain asal Sidoardjo juga sangat menonjol,
perannya yang mirip Ahmad Bustomi di timnas senior benar-benar sangat
krusial bagi tim. Tanpa kesulitan tim Indonesia berhasil berpesta di
gawang musuh.
Sambil menunggu lawan yang akan dihadapi sebelum pertandingan ketiga
tim beristirahat untuk makan siang, dan karena akumulasi dari rasa
dingin yang memang menyengat dan lelah bermain di dua pertandingan,
Subur sang dirijen lapangan tengah tiba-tiba mengalami kram di bagian
paha yang bahkan sampai membuat tim paramedis yang dsediakan AC Milan
turun tangan untuk mengatasi ini. Tim Indonesia juga beruntung memiliki
tim official yang cepat tanggap, dalam jeda waktu istirahat yang
sebenarnya sangat singkat, mereka langsung bergerak mencari pakaian yang
bisa membantu anak-anak bertahan di cuaca yang tentu sangat ekstrim
bagi kita yang terbiasa di Negara yang hangat, bahkan bisa dibilang
panas. Tim official datang dengan rain coat, sweater, baju dalam hangat
(sejenis nike fit) dan kaus kaki baru. Walau masih sedikit
terpincang-pincang Subur tampak sudah bisa untuk kembali dimainkan oleh
pelatih Bambang Waskito. Sebelum pertandingan tim Indonesia mendapat
informasi bahwa tim yang dihadapi adalah tim tuan rumah Italia dan hanya
ada satu tim yang lolos ke final. Kemenangan jadi hal yang harus mereka
raih untuk memuluskan perjalanan ke final dan mempertahankan piala yang
tahun lalu diraih.
Sejak kick off tensi pertandingan berlangsung dengan cepat dan
ketat. Kali ini tim yang dihadapi Indonesia memang lebih tangguh
dibanding dua lawan sebelumnya, ditambah tentu ti tuan rumah tidak mau
kehilangan muka dua kali, setelah tahun lalu dipecundangi oleh Indonesia
di final. Secara postur tim dari Italia ini lebih besar dari pemain
Indonesia, terutama duet center back mereka yang badannya setara dengan
orang dewasa di Indonesia. Memainkan pola 4-4-2 Indonesia beruntung
memiliki talenta yang berlimpah di tim ini, salah satu kualitas utama
dari para pemain tim ini kekuatan stamina yang sangat baik, didukung
dengan pernyataan dari coach Bambang bahwa seluruh pemain yang terpilih
memiliki hasil diatas 10 dalam “blip test”, dengan kata lain para pemain
ini sebenarnya bahkan kuat bermain 2 x 40 menit dengan tensi yang
tinggi. Selain itu pemain kita juga dikaruniai kaki – kaki yang cepat
dan lincah. Memanfaatkan dua kelebihan ini tim Indonesia terus menekan
dan dominan dalam penguasaan boal. Serangan banyak diarahkan ke sisi
kiri dan kanan pertahanan tim Italia, dengan mengandalkan kecepatan
Fallen di kiri dan Adnan di kanan. Berawal dari corner kick tim
Indonesia berhasil membuka angka yang bertahan hingga akhir babak
pertama, baru babak kedua mereka bisa menambah gol yang baru bisa
dibalas tim lawan dari tendangan bebas beberapa menit sebelum permainan
berakhir. Keunggulan 2-1 berhasil membawa tim Indonesia ke final dan
bertemu dengan tim asal grup lainnya.
Pertandingan final dilaksanakan jam 16.20, hari sudah sore menjelang
malam dan hujan semakin deras membuat cuaca semakin dingin. Tim lawan di
final adalah mix antara Brasil, Venezuela dan Italia. Berhasil mencapai
final tentu adalah jaminan bahwa tim lawan bukanlah tim sembarangan.
Sejak kick off babak pertama tim Indonesia terus melakukan tekanan
setiap pemain lawan menguasai bola. Kelemahan pertahanan di sisi kiri
dan kanan musuh berhasil di eksploitasi tim Indonesia dengan baik,
sehingga sisi kanan dan kiri lawan terus di gempur secara
bergantian,hingga akhirnya terjadi sebuah pelanggaran di sisi kanan
depan kotak penalti musuh. Tendangan bebas keras dari Dhanu bek kiri
asal jember gagal diamankan dengan baik, dan bola liar berhasil di
konversi jadi gol oleh Adnan. Sebuah goal yang dinantikan seluruh pemain
dan pendukung Indonesia lahir dan tentu ini sangat baik. Keunggulan
angka 1-0 tetap bertahan hingga akhir babak usai. Sebenarnya banyak
peluang matang yang seharusnya bisa mereka konversi menjadi gol andai
saja kiper tim musuh tidak bermain gemilang. Babak kedua lagi-lagi tim
Indonesia lebih banyak menekan tim musuh yang akhirnya berbuah gol kedua
melalui kaki Rosi. Sebuah gol yang tercipta berkat permainan passing
pendek dan cepat di sisi kiri pertahanan tim lawan yang akhirnya
berhasil membuat tim Indonesia unggul 2-0. Seperti pertandingan
sebelumnya permainan Indonesia mulai mengendor di akhir-akhir babak
kedua. Serangan demi serangan harus dibendung pertahanan yang dikomandoi
oleh kapten tim, Rahmanto. Sejak awal turnamen tim Indonesia memiliki
pertahanan paling baik bila dibandingkan semua tim lawan. Pertahanan
yang berisikan empat pemain, yaitu Dhanu di kiri, Rahmanto dan Bambang
di tengah serta Adi di kanan, membuat gawang yang dikawal bergantian
antara Fadli dan Pagiluca hanya kebobolan satu goal selama turnamen.
Ketangguhan lini belakang ini juga yang membuat hasil 2-0 bertahan
hingga akhir pertandingan.
Peluit panjang langsung saja di sambut sorak sorai dan tangis bahagia
para pemain dan pendukung Indonesia. Tim Indonesia berhasil membuktikan
bahwa mereka masih yang terbaik dan gelar juara ini memang pantas
mereka dapatkan, terbukti dengan applaus dari supporter lawan. Para
pemain secara reflek langsung mengambil bendera Indonesia yang saya ikat
di samping lapangan, beserta banner Milanisti Indonesia. Kami para
suporter pun langsung menyerbu dan memeluk anak-anak yang sudah menjadi
pahlawan Indonesia ini. Perjuangan mereka tidak mudah untuk mencapai
juara 1 ini, dan inilah tim Indonesia, Negara yang bahkan mungkin
sebagian besar para peserta turnamen ini tidak tahu tampil sebagai juara
dua kali berturut-turut. Selamat! kalian memang yang terbaik selama
turnamen ini.
Permainan cantik dari kaki ke kaki yang terus diperagakan
tim indonesia benar-benar selalu bisa menekan siapapun lawan yang
dihadapi. Tangguh! Inilah kata yang tepat untuk tim Milan Junior Camp
Indonesia tahun 2011, semoga tim ini suatu hari kelak bisa membawa
kebanggan lain bagi kita bangsa Indonesia. Maju dan tumbuh terus Garuda
Muda! Kami akan selalu ada di belakangmu.
Indonesia! Back to Back Champions!! |
Sumber : http://mrusmin.wordpress.com