Sekelompok suporter rossoneri berdiri sambil mengacung-acungkan
tanganya dengan gerakan ritmis. Lalu, disusul kembang api merah
membumbung ke atap stadion Ulah MILANISTI, pendukung MILAN memang khas.
Dimanapun mereka, selalu membawaa...tribut yg mudah di kenali. Bendera
ukuran raksasa bergambar setan. Itulah simbol sekaligus logo FOSSA DEI
LEONI- KELOMPOK PENDUKUNG MILAN PALING FANATIK.FOSSA DEI LEONI, Artiny
"sarangsinga", merupakan fans club- biasa disebut ultra-tertua di MILAN.
Didirikan pada 1968 dan kini mempunyai tujuh ribu anggota aktif-10%wanita.
Kelompok ultra lainya adalahBRIGATE ROSSO NERE(Brigade merah hitam).
Awalnya
ultras merupakan sayap militer aktivis politik berhaluan kiri ITALIA.
Mereka dikenal radikal dan antisistem. Kini radikalisme mereka masih
membekas.Fossa memiliki jaringan organisasi yg rapi.Walaupun tak punya
struktur resmi. Mereka punya jadwal pertemuan rutin-biasany dua-tiga hari menjelang MILAN bertanding.
Disana mereka membicarakan
segala rupa"strategi" mendukung tim KESAYANGANYA. Termasuk menyiapkan
lagu lagu,atribut,perlengkapn musik,gerakanya, dan mengatur tempat
duduk.Segala persoalan dirembuk secara demokratis. Meskipun tak punya
hirarki formal,Fossa memiliki kelompok inti yg menangani berbagai
bidang."Mereka tidak dipilih, "Marco, salah satu pentolanya
menjelaskan. "Awalnya kami sukarelawan. Lalu,seperti diikukuhkan jadi
pengurus." Marco_nama samaranya baster_ diangap sebagai
Capo,Pemimpin,yang dituakan. Usianya 30-an thn.berambut panjang dan
bercambang. Penampilany mirip Hippies. Dialah yg mengatur tugas capo
lainya. Setiap capo memegang tugas tertentu.ada pemegang keuangan,
membuat merchandising,urusan tiket, pencipta lagu,pengatur
musik,dirijen penonton, dan pengatur tempat duduk stadion.Keuangan
mereka didapat dengan menjual produk atribut Fossa,foto, dan video
pertandingan. "Kami tak mengambil keuntungan dari penjualan
tiket,"Pedro, penata gerak penonton menegaskan. "Haram menjual tiket lebih mahal kepada anggota."
Mereka umumny berusia 15-35 thn. Lewat umur itu, biasanya mereka "naik pangkat" jadi pengurus.Segala hal dilakukan secara profesional, terinci, dan penuh perhitungan. seperti ketika MILAN bertemu inter,dalam derby.
Partai
derby ini selalu seru. Juga bagi para suporter masing-masing. Tiga hari
menjelang derby,Pengurus Fossa mengadakan pertemuan. Masing-masing Capo
menjelaskan apa saja yg harus dilakukan diCURVA SUD,sudut SELATAN
stadion SANSIRO. Posisi itu, secara tradisional, memang merupakan
wilayah kekuasaan pendukung AC MILAN.
Sedangkan tifosi intr mendapat kavling dicurva nord_sebelah utara Sesuai rencana, enam jam
menjelang
pertandingan, Marco, Pedro, beserta 30 anggota Fossa, masuk stadion.
Mereka bergabung dengan Brigate RossoNere mempersiapkan segala
perlengkapan. Untuk membedakan dengan tifosi biasa, mereka tak
mengenakan kostum MILAN, Syal mereka bertuliskan "ultra", bukan
"rossoneri". Kedua kelompok ultra itu kemudian menandai posisi tempat
duduk anggotanya. Penabuh genderang,Pembawa kembang api, Pengibar
pataka, dan lainya diatur sedemikian rupa. Pada setiap tempat
duduk itu diletakan stricione, semacam pita bergambar setan-simbol
organisasi mereka- bertuliskan "ultras". Selain anggota, tak berhak
mencopot pita tersebut. "Pita ini hidup mati kami," kata Danielle,
anggota Fossa. "kami siap mempertaruhkanya dengan nyawa kami."Selain
itu, ditaruh selembar kertas "daftar acara".
Anggota tinggal
mengikuti petunjuk yang tertulis mengenai apa saja yg harus dilakukan.
Lagu apa dinyanyikan saat apa, lengkap dengan gerakanya. Segalanya
terencana rapi dan kompak. Di tribun utara, pendukung intr melakukan hal
yg sama. Mereka sebenarnya bisa saling intip persiapan masing- masing
bahkan menyambangi sekalipun. Sansiro memang dirancang u/ memungkinkan
penonton bisa berjaln keliling tanpa hambatan. Yang ada cuma "hambatan"
dari segi etika sesama anggota ultra.sampai 1983,seringkali terjadi
bentrok antar kelompok tersebut. Tapi, sejak itu, lahir kesepakatan diantara
merekau/ tidak saling mengganggu persiapan masing- masing. Begitu pintu
gerbang dibuka, Marco mengatur posisi tempat duduk lewat pengeras
suara. Mereka harus duduk di tempat yg ditentukan. Jika ada yg nyelonong
akan kena gertak. Tak peduli ia kenalan baik sekalipun. "tak ada
perlakuan khusus bagi siapapun," ujar Marco. Setelah semua anggota
menempati kursinya, kini giliran Enzo yg tampil. ia menjabat Capo cori,
pemimpin sorak. Tugasnya mengajak penonton menyanyi atau meneriakan
yel-yel tertentu.Penampilan Enzo menyebal dari "tradisi ultra".
Tampangnya bersih, necis, dengan kacamata minusbermerek. Ia lebih mirip
pengacara ketimbang tokoh ultra. Tapi galakny minta ampun.Penonton yg
tak ikut nyanyi pasti dihardik. Lewat pengeras suara, Enzo menerangkan
kepada sekitar 15 ribu penonton di tribune selatan, apa saja yg rencana
Pedro.
"saya ingatkan jangan pernah memakai atribut ultra sebagai barang
mainan," Ia berseru. Enzo pula yg memberi aba-aba membuat gerakan
tertentu menyambut masuknya Paolo Maldini dan kawan-kawan ke
lapangan.Tugas Corsaro (ass.capo cori) kemudianmemanaskan keadaan. ia
mengajrkan lagu baru-Khusus diciptakan u/ menghadapi inter. Seperti
halnya anggota Fossa lainnya, sulit mengetahui nama aslinya. ia di
panggil corsaro karena mirip bajak laut. Pemuda yg putus sebelah
tanganya ini selalu membebat kepalanya yg gundul dengan kain hitam. Tapi
Corsaro pebcipta lagu andalan. Cuma, jangan heran jika syair lagunya
berisi ledekan kepada interista,pendukung inter. Beberapa penggal
liriknya berisi kata porno yg tak etis.Perang caci-maki antara interista
dan MILANISTI tak terhindarkan. "Kami akan memerasmu seperti
jeruk,"teriak kubu utara. "Kamu goblok dan menggelikan," pasukan selatan
membalas. Setelah cape memaki, Enzo dan anak buahnya mengajak
anggotanya menyanyikan menyanyikan himne Fossa. Tangan dijulurkan
kedepan, mirip gerakan hormat ala Nazi. Bendera raksasa bergambar setan
pun kemudian perlahan dibuka. Terjulur dari atap stadion hingga hamper
menyentuh tribun bawah. Makian bukan saja ditujukan kepada pendukung
lawan. Hari itu, kipper Gianluca Pagliuca dan ronaldo paling sering jadi
sasaran teror. apalagi ketika Milan tertinggal 0-1-hasil akhirnya
imbang 2-2. Kembang api mereka lemparkan ke lapangan.Bagi anggota ultra,
tak penting timnya tampil baik atau buruk. Mereka memang tak menyimak
pertandingan. "Kami datang ke sini u/ menyanyi,bukan membahas
pertandingan,"kata Enzo. Bisa di maklumi, anggota ultra umumnya datang
dari kelas menegah bawah. Mereka warga masyarakat yg tak selalu buisa
mendapatkan apa yg diinginkan. Stadion seolah jadi arena
pelampiasanketidakpuasn mereka.Di Italia, ultra MILAN menjalin
persahabatan dengan fans club sejenis dari Brescia, salernitana, dan
Vicenza. Diantara mereka muncul semacam kesepakatan u/ tidak saling
tawuran. Bagaimanapun jika klub mereka saling bertemu dalam partai
penting? "Kalau keadaan memaksa apa boleh buat." Kata Marco. yang
kemana-mana mengendarai Vespa. "tapi tak akan ada keroyokan. Kami memilh
cara jantan,satu lawan satu."Sampai kapan anggota ultra memimpin
penonton lain melakukan aksi di stadion? Tak ada batas pasti. Corsaro,
misalnya, tahun depan berniat lengser karena akan menikah. "tapi saya
harus cari pengganti dulu," katanya. Satu capo hilang, capo lain muncul.
Begitulah hukum yg berlaku dikalangan ultra. Tapi, selama menjadi
anggota, mereka harus tetap menjaga militansinya kepada klubnya. "Saya
akan tetap disini, meskipun itu kelihatanya bodoh," kata syair lagu yang
ditulis Corsaro. "Saya akan selalu mengikuti ke mana pun MILAN pergi.
Inilah kebahagiaan hidup Ultra yg saya rasakan." FORZA RAGAZZI DELLA CURVA SUD