La Comunita dei Tifosi Milan a Sidoarjo

La Comunita dei Tifosi Milan a Sidoarjo

Kamis, 10 Mei 2012

THE REAL ULTRAS MILANO

Sekelompok suporter rossoneri berdiri sambil mengacung-acungkan tanganya dengan gerakan ritmis. Lalu, disusul kembang api merah membumbung ke atap stadion Ulah MILANISTI, pendukung MILAN memang khas. Dimanapun mereka, selalu membawaa...tribut yg mudah di kenali. Bendera ukuran raksasa bergambar setan. Itulah simbol sekaligus logo FOSSA DEI LEONI- KELOMPOK PENDUKUNG MILAN PALING FANATIK.FOSSA DEI LEONI, Artiny "sarangsinga", merupakan fans club- biasa disebut ultra-tertua di MILAN.
Didirikan pada 1968 dan kini mempunyai tujuh ribu anggota aktif-10%wanita.
Kelompok ultra lainya adalahBRIGATE ROSSO NERE(Brigade merah hitam).
Awalnya ultras merupakan sayap militer aktivis politik berhaluan kiri ITALIA. Mereka dikenal radikal dan antisistem. Kini radikalisme mereka masih membekas.Fossa memiliki jaringan organisasi yg rapi.Walaupun tak punya struktur resmi. Mereka punya jadwal pertemuan rutin-biasany dua-tiga hari menjelang MILAN bertanding. 
Disana mereka membicarakan segala rupa"strategi" mendukung tim KESAYANGANYA. Termasuk menyiapkan lagu lagu,atribut,perlengkapn musik,gerakanya, dan mengatur tempat duduk.Segala persoalan dirembuk secara demokratis. Meskipun tak punya hirarki formal,Fossa memiliki kelompok inti yg menangani berbagai bidang."Mereka tidak dipilih, "Marco, salah satu pentolanya menjelaskan. "Awalnya kami sukarelawan. Lalu,seperti diikukuhkan jadi pengurus." Marco_nama samaranya baster_ diangap sebagai Capo,Pemimpin,yang dituakan. Usianya 30-an thn.berambut panjang dan bercambang. Penampilany mirip Hippies. Dialah yg mengatur tugas capo lainya. Setiap capo memegang tugas tertentu.ada pemegang keuangan, membuat merchandising,urusan tiket, pencipta lagu,pengatur musik,dirijen penonton, dan pengatur tempat duduk stadion.Keuangan mereka didapat dengan menjual produk atribut Fossa,foto, dan video pertandingan. "Kami tak mengambil keuntungan dari penjualan tiket,"Pedro, penata gerak penonton menegaskan. "Haram menjual tiket lebih mahal kepada anggota."
Mereka umumny berusia 15-35 thn. Lewat umur itu, biasanya mereka "naik pangkat" jadi pengurus.Segala hal dilakukan secara profesional, terinci, dan penuh perhitungan. seperti ketika MILAN bertemu inter,dalam derby.
Partai derby ini selalu seru. Juga bagi para suporter masing-masing. Tiga hari menjelang derby,Pengurus Fossa mengadakan pertemuan. Masing-masing Capo menjelaskan apa saja yg harus dilakukan diCURVA SUD,sudut SELATAN stadion SANSIRO. Posisi itu, secara tradisional, memang merupakan wilayah kekuasaan pendukung AC MILAN.
Sedangkan tifosi intr mendapat kavling dicurva nord_sebelah utara Sesuai rencana, enam jam
menjelang pertandingan, Marco, Pedro, beserta 30 anggota Fossa, masuk stadion. Mereka bergabung dengan Brigate RossoNere mempersiapkan segala perlengkapan. Untuk membedakan dengan tifosi biasa, mereka tak mengenakan kostum MILAN, Syal mereka bertuliskan "ultra", bukan "rossoneri". Kedua kelompok ultra itu kemudian menandai posisi tempat duduk anggotanya. Penabuh genderang,Pembawa kembang api, Pengibar pataka, dan lainya diatur sedemikian rupa.  Pada setiap tempat duduk itu diletakan stricione, semacam pita bergambar setan-simbol organisasi mereka- bertuliskan "ultras". Selain anggota, tak berhak mencopot pita tersebut. "Pita ini hidup mati kami," kata Danielle, anggota Fossa. "kami siap mempertaruhkanya dengan nyawa kami."Selain itu, ditaruh selembar kertas "daftar acara".
Anggota tinggal mengikuti petunjuk yang tertulis mengenai apa saja yg harus dilakukan. Lagu apa dinyanyikan saat apa, lengkap dengan gerakanya. Segalanya terencana rapi dan kompak. Di tribun utara, pendukung intr melakukan hal yg sama. Mereka sebenarnya bisa saling intip persiapan masing- masing bahkan menyambangi sekalipun. Sansiro memang dirancang u/ memungkinkan penonton bisa berjaln keliling tanpa hambatan. Yang ada cuma "hambatan" dari segi etika sesama anggota ultra.sampai 1983,seringkali terjadi bentrok antar kelompok tersebut. Tapi, sejak itu, lahir kesepakatan diantara merekau/ tidak saling mengganggu persiapan masing- masing. Begitu pintu gerbang dibuka, Marco mengatur posisi tempat duduk lewat pengeras suara. Mereka harus duduk di tempat yg ditentukan. Jika ada yg nyelonong akan kena gertak. Tak peduli ia kenalan baik sekalipun. "tak ada perlakuan khusus bagi siapapun," ujar Marco. Setelah semua anggota menempati kursinya, kini giliran Enzo yg tampil. ia menjabat Capo cori, pemimpin sorak. Tugasnya mengajak penonton menyanyi atau meneriakan yel-yel tertentu.Penampilan Enzo menyebal dari "tradisi ultra". Tampangnya bersih, necis, dengan kacamata minusbermerek. Ia lebih mirip pengacara ketimbang tokoh  ultra. Tapi galakny minta ampun.Penonton yg tak ikut nyanyi pasti dihardik. Lewat pengeras suara, Enzo menerangkan kepada sekitar 15 ribu penonton di tribune selatan, apa saja yg rencana
Pedro. "saya ingatkan jangan  pernah memakai atribut ultra sebagai barang mainan," Ia berseru. Enzo pula yg memberi aba-aba membuat gerakan tertentu menyambut masuknya Paolo Maldini dan kawan-kawan ke lapangan.Tugas Corsaro (ass.capo cori) kemudianmemanaskan keadaan. ia mengajrkan lagu baru-Khusus diciptakan u/ menghadapi inter. Seperti halnya anggota Fossa lainnya, sulit mengetahui nama aslinya. ia di panggil corsaro karena mirip bajak laut. Pemuda yg putus sebelah tanganya ini selalu membebat kepalanya yg gundul dengan kain hitam. Tapi Corsaro pebcipta lagu andalan. Cuma, jangan heran jika syair lagunya berisi ledekan kepada interista,pendukung inter. Beberapa penggal liriknya berisi kata porno yg tak etis.Perang caci-maki antara interista dan MILANISTI tak terhindarkan. "Kami akan memerasmu seperti jeruk,"teriak kubu utara. "Kamu goblok dan menggelikan," pasukan selatan membalas. Setelah cape memaki, Enzo dan anak buahnya mengajak anggotanya menyanyikan menyanyikan himne Fossa. Tangan dijulurkan kedepan, mirip gerakan hormat ala Nazi. Bendera raksasa bergambar setan pun kemudian perlahan dibuka. Terjulur dari atap stadion hingga hamper menyentuh tribun bawah. Makian bukan saja ditujukan kepada pendukung lawan. Hari itu, kipper Gianluca Pagliuca dan ronaldo paling sering jadi sasaran teror. apalagi ketika Milan tertinggal 0-1-hasil akhirnya imbang 2-2. Kembang api mereka lemparkan ke lapangan.Bagi anggota ultra, tak penting timnya tampil baik atau buruk. Mereka memang tak menyimak pertandingan. "Kami datang ke sini u/ menyanyi,bukan membahas pertandingan,"kata Enzo. Bisa di maklumi, anggota ultra umumnya datang dari kelas menegah bawah. Mereka warga masyarakat yg tak selalu buisa mendapatkan apa yg diinginkan. Stadion seolah jadi arena pelampiasanketidakpuasn mereka.Di Italia, ultra MILAN menjalin persahabatan dengan fans club sejenis dari Brescia, salernitana, dan Vicenza. Diantara mereka muncul semacam kesepakatan u/ tidak saling tawuran. Bagaimanapun jika klub mereka saling bertemu dalam partai penting? "Kalau keadaan memaksa apa boleh buat." Kata Marco. yang kemana-mana mengendarai Vespa. "tapi tak akan ada keroyokan. Kami memilh cara jantan,satu lawan satu."Sampai kapan anggota ultra memimpin penonton lain melakukan aksi di stadion? Tak ada batas pasti. Corsaro, misalnya, tahun depan berniat lengser karena akan menikah. "tapi saya harus cari pengganti dulu," katanya. Satu capo hilang, capo lain muncul. Begitulah hukum yg berlaku dikalangan ultra. Tapi, selama menjadi anggota, mereka harus tetap menjaga militansinya kepada klubnya. "Saya akan tetap disini, meskipun itu kelihatanya bodoh," kata syair lagu yang ditulis Corsaro. "Saya akan selalu mengikuti ke mana pun MILAN pergi.
Inilah kebahagiaan hidup Ultra yg saya rasakan." FORZA RAGAZZI DELLA CURVA SUD
Benvenuti a Milanisti Indonesia Sezione Sidoarjo sito ufficiale
Heru
Entra Nel Sito